Harus Diam Dulu atau Bergerak Cepat?

 Tentang masa-masa berjaga, berhenti dan bergerak.


Masa-masa ini ialah masa yang berbahaya, seperti pisau bermata dua.Sebab punya banyak waktu bisa mendatangkan dua pemikiran. Jeda yang lama dan membosankan, atau kesempatan untuk mengerjakan banyak hal yang selama ini tertunda.

Jangan salah sangka. Seperti orang katakan, masa berjaga bukanlah kompetisi produktivitas. Itu saya sadar betul, dan bisa lebih setuju. Tak apa-apa kalau masih ingin bersantai sedikit lebih lama, ambil waktu untuk istirahat tanpa lakukan apa-apa.

Istirahat boleh. Asal jangan pusing sendiri kalau nanti kamu tiba sedikit lebih terlambat. Berjalan atau berhenti 'kan soal pilihan saja. Tidak ada yang salah, tidak ada yang benar. Lagipula, bukan seberapa cepat, melainkan seberapa baik perjalanan itu buatmu merasa.

Sebagaimana tahu kapan harus berhenti, kita juga mesti pandai menakar kapan hendak memulai lagi. Bukan hanya soal waktu, tapi soal memantapkan hati menerima keterlambatan itu. Menyadari, bahwa kita bukan kehilangan kendali. hanya butuh waktu utnuk membiasakan diri.

Sebaliknya, jika memilih untuk bergerak juga silakan saja. Semakin banyak pintu terbuka, diimbangi dengan banyak waktu yang kita punya. Asal jangan jadi ledakan produktivitas semata, yang tak bisa diimbangi di kemudian hari sebab sudah terkuras habis energi.

Secukupnya, Semampunya. Tetap beri ruang untuk bernapas. Ingat, tidak ada yang mengejarmu untuk ini-itu, selain pikiranmu yang sesekali jadi rancu. Jangan khawatir. Kamu sudah berjalan seauh dan sebaik ini.

Masa berjaga memang berbahaya. Baik untuk mereka yang memilih berdiam, atau mereka yang memilih melanjutkan. Tulisan ini ada sekadar mengingatkan saja, bahwa apapun pilihanmu, jangan saling membandingkan.

Kini kita sedang diberi lebih banyak waktu. Untuk apa ia digunakan, sepenuhnya kendali dan kehendak kita. Manfaatkan sesuai kebutuhanmu. Sebaik-baiknya, sebijak-bijaknya. Sebab lain kali mungkin kita tidak akan lagi punya itu.

Komentar

Posting Komentar